Saturday, January 26, 2008

Pialang Prancis Bobol Bank Rp 67,5 Triliun

Pialang Prancis Bobol Bank Rp 67,5 Triliun
Kejahatan Bank Terbesar dalam Sejarah


PARIS - Saat guncangan di bursa saham mulai mereda, gempa keuangan baru muncul dari Paris, Prancis. Salah satu bank terbesar di Eropa dan bank terbesar kedua di Prancis, Societe Generale, menyatakan rugi 4,9 miliar euro atau US$7,16 miliar (Rp67,5 triliun) akibat dibobol seorang karyawan yang bertugas sebagai pialang di bagian keuangan dan investasi.
Pembobolan itu memecahkan ”rekor” yang dipegang Nick Leeson selama 13 tahun. Pialang berjangka Inggris itu membobol Barings Bank US$1,5 miliar dan menyebabkan bank bermarkas di Inggris tersebut bangkrut pada 1995.
Pernyataan resmi bank yang memiliki 22,5 juta nasabah di 77 negara itu menyebutkan, pembobolan miliaran euro tersebut dilakukan melalui serangkaian transaksi palsu yang rumit.
”Saya punya kewajiban menginformasikan kepada Anda semua bahwa manajemen Societe Generale telah menemukan adanya pembobolan internal dalam jumlah cukup besar, dan dilakukan seorang staf di divisi pembiayaan dan investasi,” ujar Chairman dan Chief Executive Societe Generale, Daniel Boutin, dalam rilisnya.
Bagaimana pembobolan megatriliun terhadap bank yang didirikan pada 1864 itu dilakukan? ”Modus pembobolan itu sangat sederhana, yakni dengan mengambil posisi pada saham yang sedang naik. Namun, teknik yang digunakan cukup licik dan bervariasi,” jelas Boutin.
Berdasarkan hasil investigasi pada 19 dan 20 Januari, pialang nakal itu mengambil posisi curang dan mengeruk keuntungan pribadi secara besar-besaran pada 2007 dan 2008.
Jean-Pierre Mustier, kepala eksekutif divisi Corporate and Investment Banking Societe Generale menambahkan, pembobol bank itu adalah seorang warga Prancis berumur 30-an tahun. ”Dia sudah beberapa tahun bergabung dengan kami serta bertanggung jawab atas pendapatan dari pasar komoditas,” ungkap Mustier yang mengaku ikut menginterogasi tersangka setelah praktik curangnya terkuak. Atas posisinya, eksekutif tersebut mendapat gaji plus bonus 100.000 euro (Rp1,37 miliar) per bulan.
Dari interogasi, Mustier mendapat informasi bahwa pelaku dibantu mantan karyawan Societe Generale di tingkat manajer. Aktor pembantu itu diduga memiliki pengetahuan mendalam atas prosedur kontrol di internal bank yang mempekerjakan 122 ribu karyawan itu. Atas sarannya, pelaku mengatur dan menyembunyikan posisi tersebut melalui skema transaksi fiktif, tugas yang sebetulnya di luar batas kewenangannya.
Pasar keuangan Prancis dan Eropa terguncang dengan pengungkapan kriminal perbankan terbesar itu. Otoritas bursa langsung menghentikan (suspend) transaksi saham Societe Generale. Saat dihentikan perdagangannya, nilai saham SG sudah terkoreksi 3,6 persen. Dalam enam bulan terakhir, saham bank yang mengelola aset 467 miliar euro (Rp6.435 triliun) itu sudah susut separo akibat terimbas kasus kredit macet sektor perumahan AS yang membuat SG menderita rugi hingga 2 miliar euro. Dengan sederet kemalangan itu, Societe Generale hanya berhasil membukukan laba bersih 600–800 juta euro pada 2007, atau merosot jauh dibanding laba bersih US$5,2 miliar yang dicetak pada 2006.
Manajemen Societe Generale telah melaporkan kasus pembobolan di banknya kepada bank sentral Prancis dan Eropa. ”Bank juga telah memecat pejabat eksekutif, termasuk pimpinan yang bertanggung jawab atas supervisi dan kontrol terhadap operasional yang berkaitan dengan pelaku,” ujar Daniel Bouton. Bank juga berkomitmen menyuntik modal baru 5,5 miliar euro untuk menutup kerugian akibat pembobolan itu.
Usai mengumumkan skandal di perusahaannya, Daniel Boutin sempat menawarkan diri untuk mundur. Tetapi, pengajuan pengunduran diri itu ditolak dewan direksi.
Sejauh ini langkah manajemen Societe Generale belum memuaskan berbagai pihak. Perdana Menteri Prancis Francois Fillon menegaskan, Societe Generale harus bertindak lebih serius agar kerugian lebih besar dapat dicegah. ”Saya telah mengirim nota ke Bank of France (bank sentral Prancis, Red) agar masyarakat diyakinkan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran atas kesehatan Societe Generale, harus diyakinkan bahwa uang mereka tetap aman,” ujarnya.
Keraguan juga meluas di kalangan pengamat perbankan Eropa. ”Saya sulit memahami fakta bahwa seorang pialang bisa melaksanakan transaksi rahasia 4,9 miliar euro tanpa diketahui seorang pun,” kata Ion-Marc Valhi pengamat dari Amas Bank. Frederic Hamm, seorang pengelola dana di Agilis Gestion, yakin penipuan itu berdampak pada reputasi Societe Generale.
BNP Paribas, bank terbesar di Prancis, menyatakan, pihaknya belum bisa membeberkan kerugian apa pun sehingga belum perlu memberikan peringatan kepada pasar. Gilles Glicenstein, kepala eksekutif BNP Paribas Investment Partners mengatakan, manajemen terkesan masih menyembunyikan beberapa informasi sehingga sulit memahami apa sebetulnya yang terjadi di Societe Generale. ”Skala kecurangan ini sangat besar. Harusnya ada keterangan yang lebih detail dari Societe Generale,” tegasnya.
Glicenstein khawatir skandal di Societe Generale akan memicu penarikan dana (rush) besar-besaran di bank-bank Prancis. ”Zaman dulu, berita atas skandal seperti ini selalu ditutup-tutupi. Namun, sekarang ada desakan untuk mengungkap semuanya. Mungkin dengan keterbukaan, kepercayaan nasabah akan tumbuh lagi,” sarannya. (afp/ap/bbc/kim)


Jerome Kerviel, Pembobol Bank Rp67,5 Triliun
Sabtu, 26 Januari 2008
Pialang Junior yang Dikenal Pemalu
PRANCIS (BP) - Meski belum diumumkan resmi, media berhasil mengendus pembobol dana 4,9 miliar euro (sekitar Rp 67,5 triliun) dari Bank Societe Generale (SocGen). Dia adalah Jerome Kerviel, pria Prancis berusia 31 tahun dan bekerja di Societe Generale sejak 2000.
Terungkapnya nama Kerviel itu cukup mengejutkan publik dan pelaku pasar keuangan. Usianya yang masih muda, latar belakang pendidikan yang kurang meyakinkan, dan prestasi kerja yang biasa-biasa saja sempat memunculkan keraguan, betulkah pemuda pendiam itu sebagai pelaku skandal keuangan perorangan terbesar di dunia tersebut.


Pada Kamis (23/1), Societe Generale mengungkapkan adanya seorang pialang di Paris yang melakukan transaksi fiktif berskala besar, sehingga merugikan bank terbesar kedua di Prancis itu, sampai Rp 67,5 triliun.

Kasus tersebut merupakan pembobolan terbesar dalam sejarah perbankan atau empat kali lebih besar dibandingkan kasus Nick Leeson yang membobol bank Inggris, Barings, 1995. Kerugian Barings saat itu mencapai 860 juta pounds (sekitar Rp 14,1 triliun).

CEO dan Chairman Societe Generale Daniel Bouton mengungkapkan, pembobol tersebut menggunakan ’’teknik yang sangat rumit dan bervariasi’’ untuk melakukan kecurangan. Pembobol itu juga memiliki kelihaian untuk melarikan diri dari seluruh prosedur pengawasan.

Bouton yang menawarkan mengundurkan diri namun ditolak itu menyatakan, dirinya dan wakil Philippe Citerne akan memberikan gajinya enam bulan lalu dan bonus 2007.

Sebagai salah satu bank terbesar di Prancis, bobolnya sistem keamanan internal Societe Generale itu sangat mengherankan. Bank yang didirikan pada 1864 tersebut mempunyai 120 ribu karyawan di 77 negara dengan 22,5 juta nasabah di seluruh dunia. Sampai Juni 2007, Societe mempunyai aset 467 miliar euro (Rp 6.435 triliun).

Mengutip New York Times, pekerjaan pertama Jerome Kerviel di bank tertua di Prancis tersebut adalah menjadi clerk yang memproses dan mencatat transaksi di lantai bursa. Pada 2006, jabatan dia naik setingkat lebih tinggi dengan menjadi analis pasar di bagian perdagangan komoditas.

Kerviel yang menjalani pendidikan terakhir di Lyon University itu bertugas mengamati pergerakan indeks CAC Prancis dan DAX Jerman.

Seorang bankir senior Societe Generale yang menolak namanya disebutkan mendeskripsikan, Kerviel adalah seorang pialang junior, bukan seorang bintang. ’’Dia menangani portofolio kecil dan terlihat lebih dari seorang pemalu daripada pemuda yang extrovert,’’ ungkapnya.

Saat para wartawan mendatangi apartemen Kerviel di Paris kemarin, sebuah pengumuman menunjukkan bahwa pemuda itu sudah pergi. Kantor pengacaranya menegaskan bahwa dia tidak sedang melarikan diri. Kerviel yang berpendapatan kurang dari 100.000 euro (Rp1,3 miliar) itu, menurut pengacaranya, siap mendatangi panggilan polisi jika diperlukan.

Analis keuangan dari Celent, Axel Pierron, menyatakan bahwa Kerviel yang masih muda itu berambisi mengejar bonus yang tinggi, sehingga dia mau mengambil risiko besar. Di mata Perron, Kerviel tidak ingin mencuri dari bank itu. ’’Kerviel memiliki kinerja yang bagus pada 2006,’’ tegasnya.

Kombinasi kinerja yang baik dan ego yang tinggi bisa membuat Kerviel mengambil risiko itu untuk mencoba mengalahkan pasar. Societe General enggan berkomentar mengenai laporan media soal Kerviel tersebut.

Societe General kemarin mengajukan gugatan hukum terhadap Kerviel yang menjadi pembobol banknya. Kuasa hukum Societe General menuduh Kerviel membuat dokumen bank, menggunakan dokumen yang salah itu, dan mengakses komputer di luar kewenangannya.

Kejaksaan Paris membuka penyelidikan awal skandal tersebut yang menyebabkan para pemegang saham mengajukan gugatan terhadap bank atas kecurangan dan kecerobohan.
Dari London, kantor berita BBC menurunkan laporan tentang tanggapan Nick Leeson saat pekerjaannya dicontek Kerviel. Leeson mengaku tidak kaget atas aksi jahanam Kerviel. ’’Transaksi fiktif mungkin terjadi hampir tiap hari dalam pasar finansial,’’ katanya.

Yang mengejutkan Leeson hanya angka kerugiannya yang terlalu besar. ’’Perdagangan seperti itu biasa terjadi tiap hari dalam pasar keuangan. Yang membuat saya kaget adalah skalanya. Saya tidak pernah mengira kerugian bisa sebesar itu,’’ ujarnya. (ap/afp/bbc/rtr/kim)



Diperbaharui pada: 25 Januari, 2008 - Published 12:47 GMT

SocGen perkarakan pialang

Jerome Kerviel ditudings sebagai pialang nakal
Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy mengatakan penggelapan senilai $7 miliar di bank terbesar kedua di negaranya, Societe Generale, tidak berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan Prancis.
Sarkozy mengatakan, kerugian yang diakibatkan oleh tindak penipuan ini adalah masalah internal perusahaan.

Pengacara pria yang diduga melakukan penggelapan, Jerome Kerviel, mengatakan kliennya tidak melarikan diri dan siap berbicara kepada polisi.

Bank tersebut telah mengajukan gugatan hukum terhadap si pialang.

Sebelumnya presiden komisaris Societe Generale, Daniel Bouton mengatakan tidak tahu keberadaan Kerviel.

Bouton menyatakan, penggelapan itu kejadian "lepas" dan membantahmembantah kasus ini merupakan kesalahan manajemen risiko atau transaksi.

Namun, para analis mengatakan, masa depan posisi Bouton di bank tersebut tidak menentu setelah malpraktik lama tidak terdeteksi.

Mereka juga mengatakan, kerugian itu menyebabkan Societe Generale rentan terhadap upaya pengambilalihan

No comments: