Bank-bank
di Asia perlu pendekatan baru untuk melindungi para pelanggan dan
mengelola risiko di seluruh lini produk. Rekomendasi ini
diserukan perusahaan penyedia teknologi analitik dan manejemen
keputusan, FICO. Dalam FICO Asia Pacific Head of Fraud Conference
yang dihadiri oleh hampir 30 eksekutif di bidang fraud (kejahatan
penipuan di sektor jasa keuangan) mereka memberi jawaban atas semakin
canggihnya pelaku kejahatan yang melakukan fraud.
Rekomendasi tersebut diberikan ketika kecepatan deteksi menjadi kian penting mengingat semakin meningkatnya upaya oleh para pelaku kejahatan untuk mengeksploitasi saluran-saluran baru seperti mobile banking. Di wilayah Asia Pasifik, FICO mengestimasikan kejadian fraud akan meningkat sebesar 10-20% pada tahun 2013.
“Para pelaku fraud menggunakan saluran-saluran baru dan berbeda utuk melakukan penipuan,” tutur Mohamad Helmi, General Manager Credit Card Business, Bank Rakyat Indonesia. Untuk mengurangi risiko yang diakibatkan ancaman seperti fraud, analisis dan data yang akurat merupakan sebuah keharusan. Perbankan saat ini perlu membangun sistem yang bisa diandalkan untuk mendapatkan perlindungan bagi perusahaan mereka. “Ini merupakan tujuan akhir yang tengah diupayakan secara agresif oleh Bank Rakyat Indonesia,” lanjutnya dalam rilis yang diterima redaksi SWA, Selasa (6/11).
FICO menegaskan bahwa untuk melawan ancaman fraud yang semakin beragam dan semakin inovatif. Bank-bank harus menghindari implementasi sistem tunggal yang monilitik melainkan mengkombinasikan sistem-sistem berbasis analitik baru dan yang sudah ada. Pendekatan di seluruh lingkungan perusahaan ini harus didesain untuk melindungi setiap saluran. Selain itu pendekatan ini mampu menghubungkan saluran-saluran untuk memberikan wawasan dan kontrol yang terpusat, juga kontinuitas pengalaman pelanggan. Pendekatan baru ini menekankan penguatan pada titik terlemah dalam sistem perlindungan terhadap fraud di perbankan serta membangun perlindungan enterprise secara terstruktur dan bertahap.
“Kepercayaan konsumen telah menjadi diferensiator kunci bagi perbankan dan pengalaman pelanggan ketika dihadapkan pada fraud sangat kritikal,” kata Dan McConaghy, president for FICO Asia Pacific. “Dengan mengambil pendekatan seluruh lingkungan perusahaan, perbankan dapat memperoleh kepercayaan pelanggan dengan pendeteksian dan kontak pelanggan yang cepat serta meminimalkan kerugian.”
Dalam pandangan FICO, cara terbaik bagi bank untuk meminimalkan gangguan terhadap kehidupan para pelanggan mereka adalah dengan menggabungkan analisis prediktif untuk mengidentifikasi pola-pola fraud yang berubah-ubah, peraturan bisnis untuk menghentikan jenis fraud yang diketahui, analisis hubungan untuk melihat pola-pola yang lebih luas yang mengindikasikan grup pelaku fraud dan manajemen kasus untuk menghentikan fraud.
Menurut laporan CEB TowerGroup 2012 yang bertajuk Adoption and Investment in Financial Services Technologies: Enterprise Fraud Management, 32% bank mengatakan mereka ingin mengadopsi atau mengganti sistem menejemen fraud enterprise mereka pada 2016.http://swa.co.id/business-research/waspada-fraud-serang-bank-di-indonesia
Rekomendasi tersebut diberikan ketika kecepatan deteksi menjadi kian penting mengingat semakin meningkatnya upaya oleh para pelaku kejahatan untuk mengeksploitasi saluran-saluran baru seperti mobile banking. Di wilayah Asia Pasifik, FICO mengestimasikan kejadian fraud akan meningkat sebesar 10-20% pada tahun 2013.
“Para pelaku fraud menggunakan saluran-saluran baru dan berbeda utuk melakukan penipuan,” tutur Mohamad Helmi, General Manager Credit Card Business, Bank Rakyat Indonesia. Untuk mengurangi risiko yang diakibatkan ancaman seperti fraud, analisis dan data yang akurat merupakan sebuah keharusan. Perbankan saat ini perlu membangun sistem yang bisa diandalkan untuk mendapatkan perlindungan bagi perusahaan mereka. “Ini merupakan tujuan akhir yang tengah diupayakan secara agresif oleh Bank Rakyat Indonesia,” lanjutnya dalam rilis yang diterima redaksi SWA, Selasa (6/11).
FICO menegaskan bahwa untuk melawan ancaman fraud yang semakin beragam dan semakin inovatif. Bank-bank harus menghindari implementasi sistem tunggal yang monilitik melainkan mengkombinasikan sistem-sistem berbasis analitik baru dan yang sudah ada. Pendekatan di seluruh lingkungan perusahaan ini harus didesain untuk melindungi setiap saluran. Selain itu pendekatan ini mampu menghubungkan saluran-saluran untuk memberikan wawasan dan kontrol yang terpusat, juga kontinuitas pengalaman pelanggan. Pendekatan baru ini menekankan penguatan pada titik terlemah dalam sistem perlindungan terhadap fraud di perbankan serta membangun perlindungan enterprise secara terstruktur dan bertahap.
“Kepercayaan konsumen telah menjadi diferensiator kunci bagi perbankan dan pengalaman pelanggan ketika dihadapkan pada fraud sangat kritikal,” kata Dan McConaghy, president for FICO Asia Pacific. “Dengan mengambil pendekatan seluruh lingkungan perusahaan, perbankan dapat memperoleh kepercayaan pelanggan dengan pendeteksian dan kontak pelanggan yang cepat serta meminimalkan kerugian.”
Dalam pandangan FICO, cara terbaik bagi bank untuk meminimalkan gangguan terhadap kehidupan para pelanggan mereka adalah dengan menggabungkan analisis prediktif untuk mengidentifikasi pola-pola fraud yang berubah-ubah, peraturan bisnis untuk menghentikan jenis fraud yang diketahui, analisis hubungan untuk melihat pola-pola yang lebih luas yang mengindikasikan grup pelaku fraud dan manajemen kasus untuk menghentikan fraud.
Menurut laporan CEB TowerGroup 2012 yang bertajuk Adoption and Investment in Financial Services Technologies: Enterprise Fraud Management, 32% bank mengatakan mereka ingin mengadopsi atau mengganti sistem menejemen fraud enterprise mereka pada 2016.http://swa.co.id/business-research/waspada-fraud-serang-bank-di-indonesia
No comments:
Post a Comment