Sunday, May 26, 2013

BELAJAR DARI BATANG PISANG


Ketika air bah datang, sungai-sungai meluap, derasnya air bukan alang kepalang, Jakarta terendam dahsyat, tak kuat alur sungai menampung airnya.Di hulu Sungai Ciliwung air bergelontoran turun ke dataran rendah. Hujan tak henti-henti beberapa hari, tanah-tanah merekah, bukit-bukit bergoyang, longsorpun tak tertahankan.Tak ada benda  mampu apapun menghalanginya, air mengalir, dia memaksa ingin lalu, terus dan terus ke tempat yang rendah. Terjalnya muka tanah tak menjadi hambatan buat air mengalir, kalaulah dasar sungai yang terjal, air memusing berputar-putar dan terus tetap berlalu seraya memusing-musing. Segala benda yang ada dibawanya serta, tak peduli mahluk hidup ataupun benda mati. Bisa sampah yang tak berguna yang memang dibuang, atau benda-benda berharga yang masih diperlukan manusia yang karena tak waspada terbawa banjir.Bahkan mahluk bernyawa, entah hewan darat bahkan manusia tak kurang menjadi mahluk tak bernyawa terseret air. Manusia bersedih, meratap menatap banjir yang sebenarnyalah akibat ulahnya sendiri.

Tataplah air yang berpusing. Benda yang mengalir dari ketinggian kebawahnya, tepat pada pusingan dia akan tertarik ke dalam pusingan, tertarik kedalam air namun tak lama dia muncul dan tertarik lagi ke dalam. Begitu beberapa kali, namun tak lama dia mengalir terus bersama air.
Sebuah batang pisang yang besar dan panjang pun mengalami hal yang sama. Karena batangnya panjang dia mumbul beberapa kali kepermukaan air, namun tak lama dia mengalir. Entah kenapa orang membuangnya ke sungai ini. Padahal pohon pisang bukan hanya buahnya saja yang bermanfaat. Sang batang pisang masih banyak gunanya, masih bisa dibuat tali sayur. Atau mungkin orang sudah sebel bikin tali sayur dari batang pisang karena kalah dengan tali plastik rafia. Padahal di tumpukan sampah mengalir itu banyak sekali plastik dan tali rafia ikut serta. Jadi nasibnya sama-sama sampah.Namun umur sampah plastik konon bisa sampai 500 tahun, sedangkan batang pisang bisa segera kembali ke sikulus alam dengan sangat cepat, menjadi tanah atau pupuk kembali.

 Batang pisang dibeberapa tempat di negri ini juga digunakan buat tempat tidur jenazah yang akan dimandikan, walaupun sebenarnya kurang etis, sehingga si anak kecil bila melihat batang pisang bekas mandi jenazah lari ketakutan. Akibatnya batang pisang dipersilakan mengalir di sungai dibuang bersama sampah-sampah yang lain.
Batang pisang abaca tentu bernasib lain, dia menjadi bahan baku kertas yang baik, kata orang dinegri tetangga kita dia menjadi komoditi berharga. Dinegeri kita belum sampai seperti itu, walaupun banyak yang sudah berkoar-koar hebatnya batang pisang abaca.
Batang pisang yang mengalir bersama bah, cepat atau lambatnya tergantung pada kecepatan air berlalu. Tatkala masuk pada pusingan air, dia ikut berputar dan tak lama dia tertarik kedalam pusingan. Terus tertarik kebawah namun tak lama dia muncul, berpusing-pusing sejenak dan mengalir lagi bersama air.
Namun tengoklah ada seekor anjing yang terperangkap dalam pusingan air. Dia meronta-ronta, menyalak, kemudian tertarik kedalam air, berusaha keluar dari kesulitan, tapi dia tertarik kedalam pusaran air, dia melawan dan mencoba berbuat, namun pada saat itu tarikan pusaran air semakin kuat dan semakin kuat lagi. Akhir sang anjing lemas. Pada saat lemas lubang-lubang pernafasan, mulut, kuping sudah dimasuki air, perlahan tapi pasti sang anjing pingsan, mulailah tubuhnya mengikuti alur pusingan air dan sang anjing mulai tertarik ke permukaan. Kemudian bersama air mengalir dia akan muncul entah sebagai bangkai atau anjing yang pingsan dengan perut yang menggelembung.

Fenomena ini memperlihatkan pada kita, bahwa kepasrahan menghadapi pusingan awal dari keselamatan. Tahan nafas supaya tak ada benda asing yang masuk, ikuti alur, jangan meronta, tak perlu melawan dengan keras. Tengoklah batang pisang yang sebenarnya banyak manfaatnya, dia mengalir, masuk ke dalam pusingan yang tak lama dia muncul lagi ke permukaan serta mengalir bersama air. Dalam bahasa agama ini adalah Lahaula walakuwata illa billah, tiada daya upaya kecuali hanya kehendak Allah. Kepasrahan total hanya kepadaNya.
Perenang yang handal, tahu persis kondisi ini, dia akan tahan nafas, melemaskan tubuhnya, mengikuti tekanan air pada saat masuk ke pusaran air, dia akan segera terangkat ke permukaan dari pusingan itu segera. Toh setelah air bah dan pusaran air berlalu dia bisa menepi dan berenang lagi. (Jakarta Maret 2002)
Tjukria P. Tawaf

Benarkah Service dan Security dalam Transaksi Bank itu Saling Bertolak Belakang ?


Ada sementara pendapat selama ini bahwa kalau kita meningkatkan pelayanan berarti kita mengurangi faktor security, faktor control dari transaksi atau kegiatan yang ditangani.  Pendapat ini sangat banyak dianut oleh sebagian besar kita. Benarkah begitu?

Dalam praktek perbankan hal ini banyak menjadi polemik. Banyak yang mengatakan bahwa yang penting pelayanan excelent, lancar, semua puas itu berarti baik. Dalam kaitan ini maka pendapat itu mengatakan, kalau terdapat banyak kontrol dan security maka pekerjaan menjadi tidak lancar bahkan menghambat pelayanan dan katanya nasabah akan lari.  Rasanya masalah ini perlu dikaji dengan dalam dan tenang untuk memahaminya dengan baik.

Pelayanan atau service adalah motto dari bisnis abad kini. Tidak adanya atau buruknya  pelayanan artinya tidak ada bisnis. Statement ini benar sekali.  Tapi sebenarnya pelayanan atau service itu buat siapa sih...? Orang boleh berdebat tentang hal ini. Tentunya orang marketing akan bilang pelayanan buat customers alias nasabah. Buat orang yang bekerja di bidang supporting ya... yang dilayani sebagai nasabah adalah personil marketing dalam rangka kegiatannya menciptakan laba bagi bank ini.  Begitulah pendapat umum yang saat ini berlaku.
Secara syari’at  pendapat itu adalah sangat benar sekali. Namun  bila kita renungkan lebih dalam ternyata ada  sesuatu yang lebih dalam secara hakikat. Pada hakikatnya pelayanan yang dilakukan oleh petugas bank adalah buat bank-nya sendiri. Artinya buat apa dia melayani nasabah dengan baik ? Tentunya dia ingin banknya punya customer  base yang baik yang memberi kontribusi buat penciptaan laba banknya, buat kesehatan banknya. Artinya setiap pekerjaan yang baik akan memeberi kontribusi pada banknya, yang pada akhirnya banknya yang baik tentu membawa kesejahteraan bagi karyawannya juga, disamping pada pemilik, masyarakat dan pemerintah.
Assets bank yang utama sebenarnya adalah nasabah dan sumber daya manusia bank itu. Nah, dua-duanya ternyata manusia. Dengan demikian unsur manusia dan hubungan antar mereka menjadi sangat penting. Dalam kaitan ini maka ukuran kepuasan pelanggan menjadi satu kebutuhan yang pasti.
Bahwa kepuasan nasabah harus didasari memberi kontribusi pada banknya. Bukan kepuasan nasabah yang merugikan bank. Lebih dalam lagi, bank hanya memberi pelayanan terbaik pada nasabahnya sepanjang memberi kontribusi positif bagi banknya.
Sebagai contoh, bank tentunya tak akan memberikan suku bunga deposito  melewati perhitungan cost money-nya pada seorang nasabah walaupun dia membawa uang Rp. 20 Milyar,  dengan alasan demi service sekalipun.

Untuk mengamankan tujuan ini maka pelaksanaan transaksi dan kegiatan bank juga mengacu pada aturan main, sistem dan prosedur, pedoman kerja yang dirancang untuk melindungi kepentingan bank. Karenanya kepatuhan pada hal-hal itu merupakan patokan utama.  Perancangan sistem dan prosedur serta Pedoman Kerja bank akan selalu memperhatikan aspek-aspek internal control alias pengendalian intern pada transaksi atau kegiatan itu. Beberapa aspeknya telah kita ketahui semuannya misalnya; Keharusan adanya manusia yang kompeten dan dapat dipercaya di unit-unit kerja dimana transaksi itu berlangsung. Keharusan adanya pemisahan tugas dalam transaksi bank yang dikelola, artinya tidak ada transaksi yang ditangani dari awal sampai akhir oleh satu orang. Lebih jelas lagi bahwa harus ada pemisahan atas dasar fungsi antara petugas yang pelaksana transaksi, pencatat dan penyimpan. Keharusan adanya prosedur otorisasi transaksi yang wajar. Artinya ada pendelegasian wewenang dan pelaksanaannya sesuai dengan aturan yang dibuat manajemen.
Keharusan adanya dokumentasi dan catatan yang cukup atas kegiatan dan transaksi yang dikelolanya. Dokumentasi dan pengadministrasian perlu dilakukan dengan tertib dan berkesesuaian antara dokumentasinya dengan catatan atau adminstrasinya. Keharusan catatan itu dilakukan pemeriksaan secara  fisik untuk selalu dicocokkan. Artinya catatan itu harus diyakinkan keakuratannya dibanding dengan fisiknya. Contohnya uang tunai di teller tiap hari selalu di cash count untuk dibandingkan dengan adminstrasinya. Kegiatan ini juga seharusnya terjadi pada bidang kegiatan bank semuanya. Hanya masalah frekuensi pemeriksaaannya tentu bergantung pada tingkat likuidnya transaksi itu. Makin likuid asset bank tersebut makin sering dilakukan pencocokkannya. Makin kurang likuid tentu makin jarang dilakukan pencocokkannya.  Namun secara prinsip pencocokkan itu harus selalu dilaksanakan. Bagian akhir untuk meyakinkan berfungsinya control itu adalah adanya audit yang independen untuk meyakinkan apakah control alias pengendalian di unit kerja itu jalan atau tidak.
Konsepsi ini sangat jelas. Artinya dalam kegiatan bank, fokus bahasan yang utama adalah melihat aspek risiko yang  meningkatkan sistem control dan security-nya.
Sebagai contoh konkrit di dunia perbankan adalah, kalau kita ingin melayani nasabah dengan satu produk bank yang canggih seperti ATM atau Phone Banking, maka artinya kita harus membangun dengan baik sistem security, control dan auditnya untuk produk itu.

Nah, dengan alat pelaksanaan internal control yang baik yang dicerminkan dalam pelaksanaan sistem dan prosedur yang baik pula maka diharapkan pelayanan pada nasabah berlangsung excelent dan kita semua puas. 

(TPT)