Monday, March 31, 2008

RESESI DAN BOM WAKTU DERIVATIF


Resesi dan Bom Waktu Derivatif
Jumat, 28 Maret 2008 | 02:17 WIB
Oleh: Sri Hartati Samhadi


Krisis finansial yang bersumber dari kredit macet perumahan (subprime mortgage) dan berisiko menyeret seluruh perekonomian AS ke dalam resesi sekarang ini, sebenarnya sudah lama diprediksikan bakal terjadi oleh banyak kalangan. Salah satu tokoh pasar uang yang kencang mengingatkan adalah Warren Buffet, investor legendaris yang kini merupakan orang terkaya di dunia.
Booming atau pertumbuhan pesat perdagangan derivatif di pasar uang beberapa tahun terakhir ini, menurut dia, menyimpan bom waktu untuk terjadinya bencana mahadahsyat (mega-catastrophic) bagi ekonomi. Ia bahkan menyebut derivatif sebagai ”senjata finansial pemusnah massal” (financial weapons of mass destruction) karena potensinya yang sangat besar untuk meluluhlantakkan seluruh sistem finansial global.
Menurut catatan The Sovereign Society, transaksi derivatif ada di belakang semua bencana ekonomi besar yang terjadi sejak tahun 1987. Ia berada di belakang kejatuhan (crash) pasar saham Wall Street tahun 2001 dan 2008 yang dikenal sebagai Senin Kelam (Black Monday).
Dia juga berada di belakang krisis finansial Asia 1997/1998; penyebab kolapsnya hedge fund raksasa Long Term Capital Management (LTCM) tahun 1998; ambruknya bank dagang tertua Inggris, Barrings Bank; bangkrutnya Orange County di AS; kolapsnya Enron dan pemicu krisis ekonomi Argentina. Masih banyak lagi korban lainnya, bukan hanya dari kalangan perusahaan, tetapi juga perekonomian negara.
Transaksi derivatif itu sendiri sebenarnya merupakan bentuk instrumen keuangan yang dipakai untuk mengurangi risiko yang muncul akibat pergerakan harga. Tetapi, akhirnya lebih banyak jadi instrumen spekulasi bagi para investor. Di negara maju seperti AS, transaksi ini sudah sedemikian berkembang sehingga—ibaratnya—apa saja bisa dispekulasikan atau dijadikan taruhan. Mulai dari pergerakan suku bunga, nilai tukar mata uang, harga saham, komoditas, bahkan iklim.
Mesin judi Wall Street ini dikendalikan oleh bank-bank besar, perusahaan keuangan, dan mutual fund (reksa dana) raksasa, tidak jarang melibatkan praktik-praktik culas (huge-scale fraud) yang merugikan investor dan konsumen, dengan memanfaatkan absennya regulasi dan pengawasan ketat dari pemerintah dan otoritas moneter. Buffet mencontohkan kontrak yang terjadi di pasar energi AS yang sebagian besar didasarkan pada perdagangan derivatif dan menjadi pemicu kolapsnya Enron.
”Derivatif sering kali membuat laporan pendapatan yang jauh lebih besar dari yang sebenarnya dan didasarkan pada estimasi yang ketidakakuratannya mungkin tak akan pernah terungkap selama bertahun-tahun,” ujar Buffet dalam sebuah pesan kepada para pemegang saham perusahaannya tahun 2002, sebagaimana dikutip majalah Fortune. Menurut dia, tak sedikit transaksi derivatif dibuat oleh ”orang gila”.
Volume transaksi derivatif, berdasarkan data Bank for International Settlements (BIS), melonjak lima kali lipat dalam lima tahun terakhir; dari sekitar 100 triliun dollar AS menjadi 516 triliun dollar AS tahun 2007. Lonjakan ini lagi-lagi antara lain dipicu oleh kebijakan likuiditas longgar (cheap money) Bank Sentral AS.
Paul B Farrel dari Market Watch mengungkapkan betapa berbahayanya lonjakan dan skala transaksi derivatif yang ibaratnya phantom economy itu bagi perekonomian global. Dengan skala transaksi sebesar itu, pergerakan pasar derivatif bisa dengan mudah menggoyang perekonomian AS dan global. Sebagai gambaran, PDB tahunan AS sebagai perekonomian terbesar dunia ”hanya” 15 triliun dollar AS, uang beredarnya 15 triliun dollar AS, dan anggaran tahunan pemerintah federalnya 2 triliun-3 triliun dollar AS. Volume transaksi derivatif itu bahkan mengalahkan PDB global yang 50 triliun dollar AS dan total nilai kapitalisasi pasar saham dan pasar obligasi seluruh dunia yang sekitar 100 triliun dollar AS.
Tutup mata
Hipotek KPR kelas dua yang berisiko macet (subprime mortgage) adalah salah satu underlying asset dari sekuritas yang diperdagangkan dalam transaksi derivatif. Dalam kasus subprime ini, bank memberikan kredit kepemilikan rumah (KPR) kepada konsumen—yang menurut asas prudensial perbankan—sebenarnya tidak layak menerima kredit, baik karena rekam jejak kredit yang tidak baik (mungkin pernah mendapat kredit lain yang macet atau mengemplang) atau secara finansial tak layak dikucuri kredit.
Dalam banyak kasus, bank- bank itu bahkan tidak mau bersusah payah mengecek apakah si debitor akan mampu membayar atau tidak, atau apakah dia punya pekerjaan atau tidak. Banyak konsumen yang mengaku tidak dapat mencicil utangnya sampai 7-8 bulan, tetapi tidak pernah mendapatkan surat peringatan atau dinyatakan macet.
Kalaupun mereka pernah mengemplang atau utangnya macet, dengan mudah catatan kreditnya dipermak menjadi ”bersih tanpa cacat” kembali. Jasa memutihkan catatan kredit seperti ini mudah sekali didapat karena memang ada perusahaan yang menyediakan jasa untuk itu.
Oleh bank, melalui bank investasi atau hedge fund-nya, jaminan atau surat perjanjian kredit (hipotek) itu dipergunakan sebagai jaminan dari sekuritas (mortgage-backed securities) yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar sebagai instrumen investasi. Investor tidak tahu aset yang dipakai sebagai jaminan itu macet atau busuk.
Di sini, hedge fund atau bank investasi melakukan hanky panky dengan perusahaan pemeringkat sehingga sekuritas yang ibaratnya hanya sampah (junk) bisa berperingkat AAA (Triple-A). Itu pula yang terjadi pada kasus subprime mortgage ini.
Rasanya memang sulit percaya praktik-praktik seperti itu bisa terjadi di AS yang selama ini selalu menempatkan dirinya sebagai panutan bagi negara berkembang dalam hal transparansi, akuntabilitas, dan good governance. Tetapi, itulah yang terjadi. Pasar uang AS adalah pasar yang dikuasai oleh mafia segelintir bank atau lembaga keuangan. Mereka memiliki lobi dan koneksi sangat kuat ke pemerintahan dan Fed sehingga mampu mendikte regulator dan otoritas moneter untuk keuntungan mereka.
Mengapa pemerintahan Bush dan Fed tutup mata? Keberadaan pasar kredit subprime mortgage selama ini menguntungkan banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Dari sisi konsumen KPR, mereka bisa mendapatkan akses kredit kendati memiliki skor dan track record kredit buruk. Pihak hedge fund atau bank investasi sendiri mendapatkan fee dari penerbitan sekuritas berbasis subprime mortgage dan marjin sebesar selisih suku bunga pasar dan suku bunga kredit yang dibebankan pada KPR.
Para dealer atau broker sekuritas mendapatkan keuntungan dari menjual sekuritas berbasis mortgage ke investor dan komisi penjaminan. Bagi investor, instrumen sekuritas berbasis mortgage juga menawarkan peluang untuk mendiversifikasi portofolio investasi.
Bagi perekonomian sendiri, keberadaan instrumen ini akan memperluas sumber pendanaan untuk KPR, menciptakan sumber pendanaan baru bagi perbankan dan lembaga keuangan, serta mendorong integrasi lebih jauh pasar modal dan pasar uang.
Bagi pemerintah, menciptakan bubble baru dianggap merupakan cara termudah mempertahankan booming ekonomi yang bersumber dari bubble lain atau menyelamatkan ekonomi dari krisis akibat meledaknya bubble lain. Dalam kasus AS, mantan pimpinan Fed Alan Greenspan sendiri mengakui bubble real estat melalui penyaluran kredit KPR subprime memang sengaja diciptakan untuk mengatasi dampak krisis yang diakibatkan oleh bubble industry dot.com tahun 2001.
Melalui bubble, kalangan Wall Street yang selama ini banyak menyumbang pada pemerintah atau partai meraup banyak keuntungan. Kepentingan politis Bush juga terlindungi. Sebab, dengan menggelontorkan likuiditas dan kebijakan suku bunga rendah, muncul ilusi semu di kalangan masyarakat seolah kondisi ekonomi mereka membaik. Suku bunga rendah merangsang masyarakat terus menambah utang dan berbelanja sehingga perekonomian juga bergerak. Dengan begini Bush akan lolos dari sorotan dan lebih leluasa menggunakan dana pembayar pajak untuk membiayai mesin perang.
Semua diuntungkan. Alhasil, Fed pada era Greenspan lebih sibuk mengorkestrasi rangkaian bubble demi bubble. Atas nama pasar bebas, moral hazard yang marak terjadi dibiarkan. Booming pasar dianggap cermin perekonomian yang tumbuh dan membuat laba melonjak sehingga investor senang. Kian derasnya dana asing ini memungkinkan Pemerintah AS membiayai defisitnya. Utang pun membengkak. Semua baru menjadi masalah besar ketika kemudian kredit subprime macet dengan naiknya suku bunga, dan semua ikut terseret.
Nilai subprime yang disalurkan, menurut Mortgage Finance, terus meningkat tajam dari tahun ke tahun. Dari hanya 120 miliar dollar AS tahun 2001 menjadi 625 miliar dollar AS tahun 2005 dan 600 miliar dollar AS tahun 2006. Sementara nilai transaksi derivatif berbasis subprime mortgage ini jauh lebih besar lagi.
Karena gelembungnya sangat besar, daya rusak ledakannya juga sangat kolosal. Jumlah konsumen yang terancam kehilangan rumah karena kreditnya macet mencapai lebih dari 6 juta keluarga. Sementara itu, pembeli instrumen ini bisa siapa saja; mulai dari individu, perusahaan, perbankan, atau lembaga keuangan atau pemerintah negara-negara. Mereka semua bisa terkena dampaknya sehingga krisis subprime mortgage di AS dan efek dominonya yang bisa memunculkan krisis kepercayaan di seluruh sistem finansial dan perekonomian, bukan tidak mungkin memicu krisis finansial dan ekonomi di negara lain yang memiliki exposure besar terhadap aset-aset AS.
Ini setidaknya sudah terjadi di Inggris (Northern Rock Bank) dan Jerman (IKB). Sejumlah bank di Kanada juga terimbas. Di AS sendiri, seluruh bank investasi atau hedge fund besar dan bank-bank komersial, termasuk lima besar, kena. Demikian pula lembaga dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perusahaan penjamin sekuritas dimaksud.
Kerugian akibat krisis subprime mortgage dilaporkan sudah mencapai 300 miliar dollar, bahkan tak tertutup kemungkinan menembus 1 triliun dollar AS karena belum semuanya terungkap. Apakah mereka semua juga harus di-bailout oleh Fed seperti Bear Stearns?
Sri Hartati Samhadi

Source
http://www.kompas. com/read.php?cnt=.xml.2008. 03.28.02170519&channel=1&mn=175&idx=175

Monday, March 3, 2008

HOW TO USE FINANCIAL TOOLS TO PROTECT AND DRIVE BUSINESS STRATEGY


Undangan
Workshop
HOW TO USE FINANCIAL TOOLS
TO PROTECT AND DRIVE BUSINESS STRATEGY

BAGAIMANA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT ANALISA KEUANGAN UNTUK MELINDUNGI DAN MENGARAHKAN STRATEGI BUSINES


Latar Belakang
Bank sebagai institusi kepercayaan haruslah menyajikan laporan keuangan yang dapat digunakan baik bagi pemakai intern maupun ekstern (stake holders). Dalam penyusunan laporan Keuangan Bank dimana bank mempunyai kekhususan tersendiri maka dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan pos-pos dalam laporan keuangan haruslah memperhatikan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Sebagai konsekuensi penerapan PSAK tentunya akan sangat berdampak kepada Key Financial Ratio dan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank (CAMELS)
Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka dalam merencananakan dan menjaga visi yang telah ditetapkan, maka Bank haruslah memperhatikan dan menggunakan teknik-teknik tertentu yang diharapkan agar manajemen perusahaan dapat mengambil langkah-langkah strategik bagi perusahaan. Kesimpulan analisa dan interpretasi kondisi keuangan yang sangat baiklah yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang strategis dan sangat menentukan kemajuan Bank.

Tujuan dan Manfaat Seminar
Setelah menyelesaikan pelatihan ini, peserta diharapkan mampu :
1. Pemahaman Pedoman Standar Akuntasi Keuangan yang berkaitan dan dampaknya pada Laporan Keuangan Bank.
2. Pemahaman laporan keuangan Publikasi Bank.
3. Integrated Financial Statement Analysis (Horizontal, Vertical, Common Size, Inteligent Analysis)
4. Spreading Neraca
5. Spreading Laba Rugi
6. Spreading Komitmen dan Kontijensi
7. Financial Ratio
8. Analisa berdasarkan CAMELS
9. Analisa berdasarkan Makro Ekonomi
10. Studi Kasus Analisa Laporan Keuangan Bank

Metode Pembelajaran- Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini antara lain kuliah, diskusi kelompok, dan studi kasus
- Pembahasan kritis secara langsung laporan keuangan bank yang dipublikasi oleh bank yang bersangkutan di Web Bank Indonesia
- Pembahasan difokuskan pada bank-bank dimana para peserta hadir

Jadwal Workshop
Seminar 2 (dua) hari akan kami selenggarakan pada :
Hari : Selasa & Rabu
Tanggal : 8 & 9 April 2008
Pukul : 09.00 – 16.00 WIB
Tempat : Hotel Millennium Sirih , Jl. Fachruddin 3, Jakarta Pusat

Peserta
1. Para penerima laporan keuangan dan pembuat keputusan strategik, termasuk Dekom dan komite-komite dibawahnya (Komite Audit, Komite Pemantau Risiko)
2. Pejabat/officer pada “Financial Accounting”
3. Para auditor intern, yang dituntut untuk mengetahui lebih jauh tentang financial reporting, audit financial report dan fraudulent financial reporting
4. Para pengguna laporan keuangan, pejabat pada risk Management Dept. dan Compliance


Instruktur

Lim Kurniawan, SE.,Akt., MM
Sarjana Akuntansi Universitas Tarumanagara 1989 dan menyelesaikan Master Manajemen tahun 1991. Wakil Rektor President University. Pengalaman pekerjaan dibidang banking, keuangan, audit dan pelatihan antara lain ; di BCA, BPPN, Bank Danamon. Termasuk dalam tim penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Beberapa topik yang sangat dikuasainya, Accounting System, Procedure and Planning, Accounting Procedure for Indonesian Banking, Financial Planning & Budgeting, Analysis Financial Statement, Financial Audit, Risk Management, dsb. Biasa sebagai instruktur diberbagai lembaga terkemuka

Jadwal Acara

Rabu, 8 April 2008
08.00 – 08.15 Register Peserta
08.15 – 08.30 Pembukaan Oleh Chairman Prima Consulting
Sesi 1
08.30 – 10.00 •Pemahaman Pedoman Standar Akuntasi Keuangan yang berkaitan dan dampaknya pada Laporan Keuangan Bank.
•Pemahaman laporan keuangan Publikasi Bank.
10.00 – 10.15 Coffee Break
Sesi 2
10.15 – 11.45 •Integrated Financial Statement Analysis (Horizontal, Vertical, Common Size, Inteligent Analysis)
•Spreading Neraca
11.45 -12.45 Lunch
Sesi 3
12.45 – 14.15 •Integrated Financial Statement Analysis (Horizontal, Vertical, Common Size, Inteligent Analysis)
•Spreading Neraca
Lanjutan..........
14.15 – 14.30 Coffee Break
Sesi 4
14.30 – 16.00 •Spreading Laba Rugi
•Spreading Komitmen dan Kontijensi

Kamis, 9 April 2008
Sesi 1
08.30 – 10.00 •Spreading Laba Rugi
•Spreading Komitmen dan Kontijensi
Lanjutan...........
10.00 – 10.15 Coffee Break
Sesi 2
10.15 – 11.45 •Financial Ratio
•Analisa berdasarkan CAMELS
11.45 – 12.45 Lunch
Sesi 3
12.45 – 14.15 Analisa berdasarkan Makro Ekonomi
14.15 – 14.30 Coffee Break
Sesi 4
14.30 – 16.00 Studi Kasus Analisa Laporan Keuangan Bank
16.00 – selesai Penutupan



SYARAT RESERVASI

1. Calon peserta mengirimkan formulir pendaftaran dengan mengisi Nama Peserta, Jabatan, Alamat Kantor dan No. Telepon/Faximile.
2. Investasi sebesar :
 Rp. 3.250.000,- (tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) per peserta
3. Akomodasi :
 Biaya sudah termasuk pengganti Workshop Kit, konsumsi 2 x makan siang dan 2 x Cofee break
5. Kepastian Reservasi dapat dilakukan setelah bukti pembayaran/transfer diterima
6. Reservasi paling lambat 1 hari sebelum pelaksanaan Workshop
7. Peserta yang mengikuti dengan baik akan diberikan sertifikat sebagai tanda keikut sertaan dalam Workshop
8. Segala informasi tentang Workshop dapat melalui :
Sdri. Rahma Hp.No: 08159927946 atau Sdri.Upik, Hp.No: 087887129954


FORMULIR PENDAFTARAN

Dengan ini kami konfirmasikan bahwa :

1. Nama : Jabatan :
Instansi :
Telp. : Fax. Email.
2. Nama : Jabatan :
Instansi :
Telp. : Fax. Email.

Menyatakan mendaftarkan diri untuk menjadi peserta :
Workshop How To Use Financial Tools To Protect And Drive Business Strategy

Pembayaran ditujukan kepada PT Prima Adil Usaha Tama, Bank Mandiri Cab. Roxy Mas - Jakarta Pusat, Acc. No. 117. 0002053122.
Tanda Bukti Pembayaran harap di Fax. ke panitia Workshop.
Diajukan Oleh :
Nama :
Jabatan :
Telepon/Fax :
Tanggal :


PRIMA CONSULTING GROUP : Jl. Gandaria III No.5A Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Phone: ( 021) 7245023, Fax :(021) 7245037 E-mail primaaut @ cbn.net.id
www.primaconsultinggroup.blogspot.com

SCHEDULE 2008


1.Seminar PP No. 33/2006, tanggal 21 & 22 Feb 2008 Hotel Millennium
2.FKDK/P BPD SI, tanggal 21 & 22 Feb 2008 Hotel Millennium
3.Workshop fraudulent Financial Reporting, tanggal 26 & 27 Feb 2008 Hotel Millennium
4.Training Akuntansi Bank, tanggal 5 & 6 Mar 2008 Hotel Millennium
5.Revitalisasi Fungsi & Efektivitas Tugas Badan Kehormatan DPRD, tanggal 10 – 13 Mar, 16 – 19 Mar, 23 – 26 Mar 2008 Hotel Millennium
6.Workshop Kompetensi Analis Character, tanggal 26 & 27 Mar 2008 Hotel RedTop
7.UU PT NO. 40/2007, tanggal 27 & 28 Mar 2008 Hotel RedTop
8.Financial Tools, tanggal 8 & 9 Apr 2009 Hotel RedTop
9.Aspek Hukum Yang Perlu diketahui bagi pejabat pemasaran, tanggal 9 & 10 Apr 2008 Hotel RedTop
10.Workshop GCG utk BPD, Pelaksanaan Tugas Komite-Komite Dibawah Dekom, tanggal 16 & 17 April 2008Hotel RedTop/Menara Peninsula
11.Workshop Barang & Jasa Untuk Penyedia Jasa, tanggal 23 & 24 Apr 2008 Hotel Millennium
12.Workshop Aspek Hukum dari Pengambilan Keputusan, tanggal 23 & 24 April 2008 Hotel Millennium